Petani Nila Desa Pangkalan Mengeluh Sering Merugi

  • Jan 28, 2019
  • pangkalan-margoyoso

MARGOYOSO – Lantaran mudah terserang penyakit, serta kurang tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, ikan Nila yang dibudidayakan oleh para petani di Desa Pangkalan, Kecamatan Margoyoso, Pati rentan mengalami kematian. Hal tersebut membuat petani ikan nila di desa tersebut sering merugi. Sutowo, salah satu petani Nila mengatakan, selama membudidayakan ikan tersebut, banyak kendala yang sering dihadapi. ”Jika air di tambak jarang ada sirkulasi, maka ikan Nila bisa mudah mati. Karena pada dasarnya ikan nila merupakan jenis ikan yang sangat sensitif,” ungkapnya kemarin. Sutowo menceritakan, akhir-akhir ini para petani ikan nila banyak yang mengeluh, termasuk dirinya. Terlebih, biaya pakan yang harus ia keluarkan setiap bulannya lumayan mahal. Yakni sekitar Rp 2,6 juta. ”Karena harga pelet pakan Nila adalah Rp 13 ribu per kilogram. Jika saya setiap bulannya membutuhkan 2 kwintal pakan, tentunya itu sangat memberatkan,” jelasnya. Harga bibit yang harus dibeli oleh para petani juga sangat mahal, yakni sebesar Rp 5 juta, untuk satu galon bibit Nila. Namun hasil yang diperoleh sangat jauh dari harapan karena harga jual ikan nila dewasa sangatlah murah. ”Di pasaran, harga ikan ini hanya berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogram. Saya terkadang hanya bisa memanen sebanyak 2 kwintal. Itu kalau seandainya ikan yang mati cuma sedikit. Jika ikan yang mati lumayan banyak, terkadang kami para petani harus mau menerima nasib,” keluhnya. Selain itu, Wagiman yang juga petani Nila, ikut menyampaikan komentarnya terkait kerugian yang sering ia alami selama budi daya. Menurutnya, saat ini Nila sangat kurang digemari di pasaran. Oleh karena itulah harga jualnya sangat rendah, dan tidak sesuai dengan modal biaya, tenaga dan waktu yang ia keluarkan. ”Untuk mendapatkan hasil panen, para petani ikan nila harus menunggu selama kurang lebih sekitar 4 bulan. Tentu saja itu waktu yang terlalu lama. Sedangkan kita juga harus dipusingkan dengan harga pakan yang lumayan mahal. Ditambah lagi, Nila mudah mati karena terkena penyakit atau karena kondisi air yang kurang bersih. Maka dari itu perawatannya lumayan ribet,” tandasnya. (HP/HP/MK) Sumber:  https://www.patikab.go.id/v2/id/2017/05/31/petani-nila-desa-pangkalan-mengeluh-sering-merugi/